Minggu, 26 Februari 2017

Saya dan Kota Jakarta

Jakarta dan kesibukannya..

4 tahun merantau di jakarta, baru ini kali pertama saya ingin bercerita tentang jakarta, kota yang begitu mewah bagi saya...
Ada yang menyebutnya kota kejam bahkan lebih kejam daripada ibu tiri, ada juga yang mengatakan kota yang tidak pernah tidur...
Menurut saya kedua pendapat tersebut ada benarnya...kenapa saya bilang seperti itu?? Karena..
1. Jakarta betul kota yang keras, kejam bahkan tapi bagi mereka yang nekat merantau sendiri kemudian hanya ingin terlihat mewah, berada di ibukota, malas bekerja sampai akhirnya terperangkap sendiri dengan gaya hidup yang tinggi tanpa diimbangi dengan pendapatan yang sama pula..disaat kita jatuh, sakit dan tidak ada yang mau peduli, maka disitulah kita akan mengatakan jakarta ini kejam..
2. Jakarta adalah kota yang tidak pernah tidur,, itu betul karena hampir seluruh rutinitas di jakarta ini tidak pernah sepi mulai dari pagi hingga pagi lagi...transportasi, rumah makan, cafe dan lainnya bahkan 24 jam standby...

Jakarta adalah miniatur Indonesia, itulah kenapa ketika pilkada serentak seluruh Indonesia dilakukan tetapi yang tersorot adalah pilkada jakarta...(tapi saya tidak akan bahas masalah pilkada dalam tulisan saya), hampir seluruh bisnis terpusat di jakarta, saya melihatnya dari berbagai sudut perspektif saya yang seorang perantau nekat tanpa bekal lebih, tidak ada keluarga 1 orang pun di jakarta, saya hanya mengandalkan insting dan keberanian saya dan Tuhan tentunya...

Ketika menginjakkan kaki saya pertama kali di jakarta,, gedung-gedung mewah pencakar langit ini membuat saya kagum dan sedikit ketakutan dalam hati saya seolah mengatakan "kamu yakin atas pilihanmu ke kota jakarta?" rasa takut dan bangga pun menjadi satu...saya bahkan belum berfikir mau kerja apa saya disni, saya tidak kenal satu orang pun disni...saya tinggal dimana dan masih banyak lagi pertanyaan2 yang menghampiri pikiran saya waktu itu...
Sebelum saya memutuskan pilihan untuk merantau, beberapa teman2 yang memang pernah tinggal dan bekerja di jakarta sebenarnya sudah mengingatkan saya, "jakarta itu keras ris, gak ada yang bisa bantu dan peduli sama kamu", bisa stress kamu disana, belum masalah macetnya...gak usah deh, mending disini aja."
Karena saya orangnya keras kepala, saya tetap pada keputusan saya untuk merantau ke jakarta..yg ada dalam pikiran saya adalah disana saya bisa mendapatkan ilmu lebih bahkan mungkin saya harus bersaing dengan jutaan orang yang juga mengadu nasib dijakarta dengan berbagai latar belakang pendidikan mereka...

Stress itu yang pertama kali saya rasakan, bagaimana mungkin saya tidak stress hidup sendirian, kemudian pertama kali saya merasakan yang namanya macet (di daerah saya mau kemana2 hanya butuh beberpa puluh menit saja) tapi di jakarta saya butuh waktu berjam-jam...belum lagi biaya hidup yang tinggi, biaya kos2an, transportasi...seperti mau menangis rasanya...tapi apalah daya nasi sudah menjadi bubur, keputusan pun telah saya buat tanpa mempertimbangkan hal2 lain diluar dugaan saya..
Kalau motto pemadam kebakaran bilang "pantang pulang sebelum padam" lain halnya dengan motto saya " pantang pulang sebelum saya bisa menaklukan jakarta"...😂😂😂

1 tahun, 2 tahun...saya masih stres dan hampir mau menyerah untuk terus melanjutkan perjuangan saya di jakarta...bagaimana tidak, pada saat lebaran idul fitri semua orang mudik pulang kampung bertemu keluarga sedangkan saya sendiri lebaran dijakarta dan tidak tahu mau kemana...saya tidak pulang karena untuk ke pangkalan bun dari jakarta hanya melalui rute udara, dan bisa dibayangkan berapa biaya pesawat saya..kalo melalui kapal laut saya harus melalui pelabuhan semarang atau surabaya dulu kemudian 2 hari 1 malam baru sampe pelabuhan panglima utar kumai..kebayangkan perjalanan saya lewat darat dlu ke semarang kemudian baru laut...hehee..😁😁
Tambah stress lagi anak rantauan kalo sakit, jauh dari keluarga, gak ada yang urus...mau nangis merengek-rengek ke keluarga disana, yang ada malah saya diomelin...pulang ajalah, bikin repot orang saja..plus saya udh bikin khawatir juga keluarga disana...(anak rantauan wajib kuat, gak boleh cengeng)

3 tahun dan menuju 4 tahun saya mulai mengerti seluk beluk jakarta, bagaimana mengembangkan diri dan mensejajarkan diri saya dengan mereka2 yang berhasil di jakarta...belajar kepada mereka yang cerdas, bergaul dengan lingkungan yang positif, mencintai pekerjaan, banyak menambah relasi, kolega dan teman2 baru membuat saya tidak lagi memikirkan stressnya tinggal di jakarta, saya menikmati segala aktifitas saya di jakarta dari pagi hingga malam..jakarta yang dulu keras bagi saya kini adalah kota yang menyenangkan dan menjadi kota kedua saya tentu saja setelah kota kelahiran saya..
Saya akhrnya berani menaklukan ketakutan saya akan kota jakarta..kota yang bagi saya segudang ilmu...
Jakarta dengan kemewahannya mampu menyihir orang2 untuk datang kesini entah itu hanya liburan atau mengadu nasib di ibukota..
Jakarta dengan segala sisinya baik dan buruknya...hanya tinggal kita yang memilihnya...

Ini catatan saya tentang jakarta
27 februari 2017
Anak rantau kalimantan,
Riska Agustina

2 komentar:

  1. Plok Plok Plok!! Wah hebat! Selalu kagum sama anak rantauan yang cari ilmu dan rejeki jauh-jauh dari keluarganya :) Jakarta emang keras, tapi tenang, masih ada kota lain yang lebih keras daripada Jakarta di dunia ini, hihi.. Mungkin lebih terasa kerasnya buat Mba karena gak ada orang-orang terdekat di sekitar :)

    Kalau menurutku hal paling berat untuk dijalanin di Jakarta itu macetnya.. Dari rumah ke kantor bisa makan waktu 2 jam.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah makasih mbak masukkannya...tpi saya harus kuat disini. Salam kenal dari saya

    BalasHapus